Sabtu, 12 November 2011

SEJARAH SITUS ASTONO GEDONG TULUNGAGUNG


Karya :
Muhammad Ainun Najib Sinaga
Denok Ayu P.W
Fajeria koniek I.

 BAB I
PENDAHULUAN


I.1  Latar Belakang

Bumi Tulungagung sebenarnya kaya akan situs sejarah. Antara lain peninggalan pusaka nenek moyang, makam sejarah, dan masih banyak lainnya. Situs di daerah Tulungagung yang berskala internasional dan bisa dibanggakan misalnya manusia prasejarah Homo Wajakensis, Candi Gayatri, Senjata Tombak Kanjeng Kyai Upas, dan masih banyak lagi.
Tetapi kesadaran masyarakat untuk mengunjungi situs purbakala sangatlah minim contohnya, jarang ada masyarakat yang mengunjungi. Kecuali dengan tujuan dan maksud tertentu, selebihnya jarang ada yang memperhatikan dan bahkan banyak yang menelantarkannya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa dengan mengunjungi situs ziarah tersebut, banyak pelajaran yang dapat di ambil, kita juga bisa memetik hikmah dari sejarah yang terjadi di masa lampau.
Salah satu cara kita untuk menghormati dan melestarikan peninggalan nenek moyang adalah dengan cara mengunjungi situs purbakala seta menjaga keutuhannya dari tangan-tangan jahil. Karena situs purbakala merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan wajib untuk dilestarikan. Inilah yang mendorong kelompok kami untuk membahasnya. Situs ziarah yang akan kami bahas dalam pembuatan karya tulis ini adalah sebuah makam yang sarat dengan nilai sejarah di Jawa Timur situs itu bernama ASTONO GEDONG yang terletak di Dusun Setana, Desa Sukodono, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung.





I.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam karya tulis ini antara lain adalah:
1.     Bagaimana sejarah Situs Astono Gedong?
2.     Apa saja yang terdapat dalam Situs Astono  Gedong? 

I.3  Tujuan dan Manfaat
I.3.1 Tujuan :
1.                              Untuk mengetahui sejarah Sejarah Situs Astono Gedong.
2.                              Untuk mengetahui apa saja yang terdapat di dalam Situs Astono Gedong.

I.3.2  Manfaat :
Akan adanya manfaat dari karya tulis ini setidaknya bisa menambah referensi tentang Astono Gedong. Selain itu juga bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar, misalnya sebagai pemandu wisata, juru kunci, penjual makanan, tukang parkir, dll. Selain itu kita dapat mengetahui tempat wisata ziarah Astono Gedong  yang menjadi sejarah di Kabupaten Tulungagung.













BAB II
KAJIAN TEORI

II.1  Purbakala
            Purbakala adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta. Menurut Kamus Bahasa Indonesia “Purba” adalah kata sifat yang berarti zaman dahulu, zaman ribuan atau jutaan tahun lalu. Sedangkan “Purbakala” adalah kata benda yang berarti zaman kuno, zaman dahulu kala ribuan atau jutaan tahun lalu.
(http//www.google.com/sarapanpagi.org/purba-purbakala, 13 April )
II.2  Jenis-jenis Peninggalan Prasejarah
II.2.1  Manusia Purba
            Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman prasejarah. Zaman prasejarah dibagi tiga : Zaman Mesolithikum, Zaman Neolithikum (200 SM), Zaman Perundagian. Jenis-jenis manusia purba :
]  Phitecantropus Erectus
Phitecantropus Erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1981 di Desa Trini (lembah Bengawan Solo) yang mempunyai cirri-ciri mempunyai rahang penjang.
]  Meganthropus Paleo Javanicus
Meganthropus Palea Javanicus ditemukan oleh Rapph Uon ditemukan pada tahun 1936-1941  di Sangiran.
]  Phitecantropus
Phitecantropus ditemikan oleh Welaoor Reich pada tahun 1936 di Borning.
]  Phitecantropus Soloensis
Phitecantropus Soloensis ditemukan oleh Teer Haar Openoorth Von Koening Swald di Ngadung Lembah Bengawan Solo.





]  Phitecantropus Mojokertoensis
Phitecantropus Mojokertoensis ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koening Swald di Perning, Mojokerto-Jawa Timur. (BKS tahun 2010).

II.2.2  Pmbabakan zaman
Ø  Zaman Pra Aksara  
Zaman Pra Aksara adalah Zaman manusia belum mengenal tulisan. Zaman Pra Aksara dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Zaman Batu            : - Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
  - Zaman Madya (Meselotikum)
  - Zaman Batu Muda (Neolitikum)
  - Zaman Batu Besar (Megalitikum)

b) Zaman Logam         : - Zaman Tembaga
  - Zaman Perunggu
  - Zaman Besi

Ø  Zaman Aksara      
Zaman Aksara adalah Zaman ketika manusia sudah mengenal tulisan. Indonesia memasuki zaman sejarah pada abad ke-4 dengan bukti ditemukannya 7 buah Yupa di Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur.(BKS tahun 2010)

II.2.3  Hasil Kebudayaan dan Peralatan Hidup
Peralatan hidup dari kehidupan masa bermukim dan bercocok tanam adalah sebagai berikut :
ü  Beliung Persegi
Beliung persegi berbentuk seperti pacul dengan ukuran 4-25 cm. alat ini dibuat dari batuan kalsedon, agat, chert, dan jaspis.
ü  Kapak Lonjong
Kapak lonjong dibuat dari batu kali jenis nefrit yang telah diupam lebih halus dari kapak persegi. Daerah penemuannya terbatas hanya di wilayah Indonesia sebelah timur.
ü  Mata Panah
Mata panah juga ditemukan pada masa bermukim dan bercocok tanam. Daerah penemuannya di Pacitan (Jawa Timur) dan Tqala (Sulawesi Selatan)
ü  Gerabah dan Perhiasan
Alat gerabah ini pertama kali digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan minuman, kemudian berkembang digunakan sebagai alat memasak.  (Paket, Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia, 2006)

II.2.4  Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
Manusia pada masa bermukim dan bercocok tanam sudah mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau luar biasa di luar kekuatan manusia. Kepercayaan masyarakat pada masa bermukim dan bercocok tanam ada dua yaitu :
1.      Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pohon, batu besar, gunung, gua, senjata, dan jimat. Mereka menaruh hormat dan memuja benda-benda tersebut.
2.      Animisme
Animisme adalah kepercayaan bahwa roh (jiwa) itu tidak hanya ada pada makhluk hidup, tetapi juga pada benda-benda tertentu. Roh itu ada yang berbuat baik dan berbuat jahat. Manusia perlu memujanya sambil membawa sesajen agar roh itu tidak berbuat jahat. (Paket, Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia, 2006)




II.2.5  Makam Batu Kuno Pada Zaman Megalitikum
Makam adalah tempat untuk menguburkan jenazah. Pada zaman Megalitikum ada beberapa macam jenis bangunan untuk upacara pemakaman jenazah, antara lain :
z  Menhir
Menhir adalah tugu besar dibuat dari batu inti yang masih kasar. Bangunan ini ditemukan di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
z  Dolmen
Dolmen adalah sebuah batu besar seperti meja, daun dan kaki terbuat dari batu utuh yang dihaluskan. Bangunan ini berfungsi untuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan untuk roh nenek moyang, dan biasanya terletak di atas kubur batu nenek moyang.
z  Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti jenazah terbuat dari batu yang dibentuk seperti lesung, tetapi agak bulat, terdiri atas wadah dan tutup. Berfungsi untuk memasukkanjenazah.
z  Peti Kubur Batu
Peti kubur batu adalah bangunan berupa peti batu dengan empat buah papan batu atau lebih dengan bentuk seperti peti mati zaman sekarang.
z  Punden Berunduk
Punden berunduk adalah bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat  bangunan ini adalah asal mula yang melatarbelakangi munculnya bangunan candi di Indonesia.(Paket, Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia, 2006)







BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian.
Waktu                        : Dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2010.
Tempat Penelitian : Di Situs Astono Gedong di Desa Sukodono, Kecamatan                                        Karangrejo, Kabupaten Tulungagung.

III.2 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dengan narasumber. Karena yang menemukan ide tentang penelitian ini adalah narasumber, dan kami melakukan penelitian ini dengan narasumber tersebut. Selain itu kami mengumpulkan data dari internet dan artikel.

  III.3 Cara Pengumpulan Data.
Kami mendatangi narasumber dan melakukan wawancara, setelah itu bertanya tentang penelitian yang kami kerjakan. Dari wawancara tersebut kami memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

III.4 Pengolahan Data
Setelah pengumpulan data selesei, dilakukan penelitian ulang tentang kelengkapan dan kebenaran data. Kemudian dilakukan koding dan editing. Kemudian data tersebut diolah dalam bentuk kalimat.

III.5 Analisis Data.
Setelah pengolahan data selesai kemudian dilakukan data secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui sejarah dan isi tentang Situs Astono Gedong.



BAB IV
PEMBAHASAN

III.1 SEJARAH SITUS ASTONO GEDONG
III.1.1 Sejarah nama Situs Astono Gedong
Nama Astono Gedong berasal dari bahasa jawa yaitu Sentono dan Gedong, Sentono mempuyai arti tempat sedangkan Gedong mempunyai arti Rumah. Astono gedong sering disebut dengan Kesatrian yaitu tempat dimana telah makamkan para kesatria.jadi kesimpulannya arti nama Astono Gedong secara meluas adalah tempat tinggal yang di huni oleh para Kesatria.(Haji Haris Daryono Ali,2010)

III.1.2 Sejarah Penemuan Situs Astono Gedong
Awalnya masyarakat sekitar mengira situs ini hanya pemakaman umum biasa. Hingga akhirnya pada tahun 1941 seorang abdi dalem dengan dikawal oleh prajurit Belanda berziarah ke tempat ini. Abdi dalem tersebut bernama Kamarul yang berasal dari Keraton Mangkunegaran. Kedatangan Kamarul membuat tokoh masyarakat sekitar menjadi penasaran,dan ingin mencari tahu tentang sejarah sebenarnya dari situs ini.(Wasito Raden,2010)

III.1.3 Sejarah Situs Astono Gedong
III.1.3.1  Astono gedong menurut letaknya
Situs Astono Gedong terletak di sebelah timur lereng Gunung Wilis dengan ketinggian 33 meter diatas permukaan air laut. Sedangkan Gunung Wilis dikelilingi oleh  empat wilayah Kabupaten di Jawa Timur antara lain Tulungagung, Ponorogo, Madiun, Kediri. Situs Astono Gedong dapat ditempuh dari pusat kota Tulungagung sekitar 20 km, dengan mengambil jalan arah ke perempatan Karangrejo, lalu mengambil jalan arah kanan sampai ada perempatasn kemudian mengambil jalan arah ke kiri sampai ada pertigaan. Setelah sampai pertigaan belok kanan sampai ada tulisan Situs Astono Gedong.    
III.1.3.2  Penelusuran Astono Gedong secara ilmiah
Menurut penuturan arkeolog  diperkirakan kompleks makam Astono Gedong  adalah bekas candi Hindu-Budha. Nisan dan jaritnya terbuat dari batu andesit dengan hiasan bercorak Hindu-Islam, situs ini terbagi atas tiga halaman yaitu halaman paling luar disebut Pendopo, sedangkan halaman tengah disebut dengan Kampung dan halaman belakang disebut Dalem. halaman belakang terdapat makam-makam yang dikeramatkan.
Pada pintu halaman kedua dikanan kiri terdapat Lingga dan Umpak. Tiap-tiap halaman dikelilingi dan dibatasi pagar dari batu, disini juga terdapat arca dari jenis Aksobiya dari zaman kerajaan kadiri sebelum kerajaan singosari, yang disimpan di Museum Daerah Tulungagung. Berdasarkan temuan tersebut, mungkin disekitar makam dahulu pernah berdiri sebuah bangunan suci Hindu-Budha.
Jadi kesimpulannya situs Astono Gedong digunakan pada masa kerajaan Kadiri sebelum kerajaan Singosari, karena terdapat arca aksobya dari masa Kerajaan Kadiri. Dan situs makam ini merupakan kompleks makam tertua di Kabupaten Tulungagung.(Lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Jawa Timur,1985)

III.1.3.3 Makam di Astono Gedong
Di Astono Gedong terdapat makam dari Raden Djoko Lemboeroe yang dikenal dengan  Raden Ketawengan, Raden Ketawengan adalah putra dari Raja Majapahit yang bernama Bre Kertobumi atau Dyah Kertobumi atau Brawidjadja V dari ibu pangrembe (ibu pembentu), Brawidjadja V mempunyai anak sebanyak 117 orang. Konon Raden Ketawengan pernah mengalahkan Raja Gelunggung dari Bali. Dan menurut penuturan dari beberapa Arkeolog di Situs makam tersebut juga terdapat makam dari Hadi Widjodjo dikenal dengan Djoko Tingkir, dan Mangku Bumi atau Sultan Hamengkubuono I, pada tahun 1755 diadakan perjanjian Gyanti dengan hasil membagi kerajaan Mataram Islam menjadi empat bagian dan salah satunya menjadi Kerajaan Anyogyokarto Hadiningrat dengan raja pertama Mangku Bumi yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuono I, konon wilayah Kerajaan Anyogyokarto Hadiningrat mancapai wilayah sekitar Tulungagung.(Wasito Raden,2010)

 III.1.4 BUKTI-BUKTI
            Bukti yang memperkuat makam ini adalah makam tertua di Kabupaten Tulungagung dan sebagai makam bertingkat berbagia generasi dari masa Kerajaan Kadiri,  Singosari,  Majapahit, sampai Mataram Islam.
III.1.4.1 Masa Kerajaan Kadiri 
Bukti yang menguatkan situs ini dari masa Kerajaan Kadiri sebelum Kerajaan Singosari adalah ditemukannya arca Aksobya dari masa Kerajaan Kadiri, situs ini dulunya sebelum menjadi makam terdapat candi Hindi-Budha pada Zaman Kerajaan Kadiri dan mungkin juga digunakan sebagai tempat suci agama Hindu-Budha.
III.1.4.2 Masa Kerajaan Singosari
Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa Kerajaan Singosari adalah ditemukannya Yoni dari masa Kerajaan Singosari. Yang terdapat pada pintu masuk halaman makam pada bagian kampung dan pintu masuk makam  pada bagian dalem
III.1.4.3 Masa kerajaan Majapahit
Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa Kerajaan              Majapahit adalah ditemukannya logo Surya Majapahit pada niasan makam dari Raden Lemboeroe atau Raden Ketawengan dan terdapat nisan tipe Demak-Troloyo. Pada beberapa nisan di Situs Astono Gedong.
III.1.4.4 Masa kerajaan Mataram Islam
Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa kerajaan    Mataram Islam adalah terdapatnya makam dari Mangku Bumi dan pohon Nogo Sari yang sama persis dengan makam-makam Raja Mangkunegaran di Solo (Mangkunegaran adalah pecahan dari Kerajaan Mataram Islam). (Haji Haris Daryono Ali,2010)


III.2 YANG TERDAPAT DALAM SITUS ASTONO GEDONG
III.2.1 Lingga
Lingga yang terdapat pada Situs Astono Gedong merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Singosari, yang terdapat pada pintu masuk halaman makam bagian pendopo yang berjumlah 2 buah Lingga dan dalam pintu masuk makam bagian  kampung dan dalem masing-masing terdapat 1 buah Lingga. (Haji Haris Daryono Ali,2010)
III.2.2 Umpak
      Umpak pada Situs Astono Gedong merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Kadiri. Umpak ini terdapat pada pintu masuk makam bagian halaman dalem dengan jumlah satu buah. (Haji Haris Daryono Ali,2010)
III.2.3 Arca Budha Aksobya
      Arca ini merupakan peninggalan dari masa Kerajaan  Kadiri. Arca ini terletak pada umpak yang terdapat pada pintu masuk makam bagian halaman dalem dengan jumlah satu arca.(Haji Haris Daryono Ali,2010)
III.2.4 Makam Dengan Logo Surya Majapahit dan nisan Demak-Troloyo
Makam dengan logo Surya Majapahit terdapat pada nisan makam dari Raden Lemboeroe atau Raden Ketawangan menandakan bahwa makam ini merupakan keluarga dari Kerajaan Majapahit dan nisan berbentuk Demak-Troloyo menandakan makam ini sebagai warga Kerajaan Majapahit. (Haji Haris Daryono Ali,2010)
III.2.5 Pohon Nogosari
Pohon Nogosari di Situs Astono Gedong merupakan bukti makam ini dikeramatkan dan sebagai bukti makam ini adalah makam dari masa Kerajaan Mangkunegaran. Pohon ini terletak di dalam halaman bagian dalem.(Wasito Raden,2010)





BAB V
PENUTUP

 V.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berkut :
1. Bahwa Situs Astono Gedong merupakan makam tertua di Kabupaten Tulungagung. Karena dimulai dari Kerajaan Kadiri sebelum Singosari sebagai Candi Hindu-Budha dan di teruskan sebagai makam pada masa Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam.
            2. Di situs makam ini terdapat Makam Raden Lemboeroe atau Raden Ketawengan,ini merupakan anak dari Raja Majapahit bernama Brawidjadja V dan juga terdapat makam Hadi Widjadja atau Djoko Tingkir dan makam Mangku Bumi atau Sultan Hamengkubuono I.

V.2 KRITIK DAN SARAN
V.2.1 Kritik
Area makam di situs itu kurang terawat, karena kurangnya pengetahuan warga sekitar akan potensi wisata ziarah ini. Selain itu area situs Astono Gedong juga di gunakan untuk kompleks pemakaman umum, sehingga jarang orang yang mengetahui bahwa di area itu ternyata mengandung potensi sejarah. Dan kurangnya kesadaran masyarakat sekitar menggunakan pembatas makam sebagai tempat sampah umum. 
            V.2.2 saran
Sebaiknya masyarakat sekitar lebih menghargai peninggalan-peninggalan sejarah, serta menjaga keutuhannya. Agar kelak anak cucu kita dapat menyaksikan benda-benda purbakala yang merupakan sisa-sisa hasil peninggalan sejarah. Selain itu Pemerintah Kabupaten Tulungagung mengadakan promosi atau iklan tentang Situs Ziarah Astono Gedong agar semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk berziarah ke situs tersebut.

2 komentar: